hai sobat bikers…..
jika anda pemakai Pulsar series, apalgi yg seri P135Ls , tentu anda mafhum ada banyak sensor berjejalan di body nya…. padahal doi masih motor karbu. Manfaat sensor2 tsb memang dahsyat…. karena pada saat itu… motor ini sdh menyamai bahkan melampaui power2 motor 150cc jepun, tetapi tetap irit seirit motor bebek !!!
Dan tau ngga ? top levelnya Pulsar 220 lebih gila lagi sensornya…. sehingga membutuhkan komputer 16bit sbg otaknya. Powernya diatas kompetitor, tp masih tetep irit seirit sport 150cc.
Nah, sepanjang yg admin tahu… pulsar 135LS ini mempunyai sensor :
- Sensor Panas, letaknya di liner blok bagian belakang. Fungsinya mematikan motor saat overheat.
- Sensor lampu depan , pada moto fullwave lain, jika kontak on maka lampu depan juga nyala. Lha pies ini enggak ! nunggu mesin nyala baru lampu depan nyala. Namanya hcu/headlamp control unit, intinya semacam relay, jadi ketika mesin nyala ,tegangan berarus ac dari sepul akan masuk ke hcu dan mengaktifkan tegangan dc ke lampu.
- Sensor TPS, yaitu sensor pengapian agar berubah saat skep karbu naik turun sesuai bejekan gas. Next akaj dibahas lbh lanjut.
- AutoChoke, ini adalah sensor otomatis choke , make listrik aki…. jadi ngechoke nya otomatis. Blm jamak pada saat itu !
- di dashboard panel speedo tertera indikator low voltage, artinya ada semacam sensor tegangan, tp sayang punya pies terlalu sensitip, jadi saat headlamp nyala ikut nyala pula….
- dsb
Nah, dari beberapa sensor tsb, tentu membutuhkan kontrol unit, semacam komputerlah……shg di pulsarseries inilah ada motor karbu ber ecu, namanya BCU yg punya komputer 8bit. Fungsinya juga mengatur duanbusi yg nyaa bergantian sesuai rpm. Dari itu semua didapatlah power 13.5hp on wheel ( bertebaran digoogle pengukuran dyno nya ) dan gendenganya tetep irit…. pada kondisi baru 1 ltr bbm buat 60km bukan isapan jempol. Bandingkan dg sport jepun yg saat itu bermain di 11-12hp, itupun oncrank !!! dan berkutat di 1:40 bbmnya. oh iya, sampe saat inipun walo berinjeksi, yg lain masih kesulitan menyaingi keiritan pies ini…. walo power bolehlahh…. sdh banyak diatas pies …. ( inget cc ! )
kalo punya ane, masih dapatlah 1:50 dengan speeding maks 60kmh. padahal udah boreup jadi 152cc dan karbu sejuta umat, yaitu karbu RX.
okelah guys… demikian sekilas about pies, sekarang mari kita simak tulisan dari mbah Dedy Setiawan , si doctor exhaust dari purbalingga ! ( rekomended seller bagi yg mau apgred knalpot dg harga lbh miring, semiring manusia nya ). klik aja nama diatas untuk yg pengen tahu !!!
Manipulasi TPS/Throttle Positioning Sensor (Digital Variable Mapping CDI)
.
Seperti kita ketahui, CDI p135ls merupakan “smart CDI” karena di lengkapi TPS.
Yakni sensor variable “resistor” yang terpasang di karburator, yang mekanisnya mengikuti gerak terbuka dan menutupnya katup kupu2 di karburator.
Prinsip kerjanya merupakan variabel tegangan yang berubah-ubah sesuai gerakan bukaan gas yg terhubung dg sensor TPS tsb.
Tegangan yang berubah-ubah inilah yang dikirimkan ke driver pengapian cdi.
Konon, CDI pies sudah advance yang memiliki 10 mapping/grafik/timing pengapiadm yang dikendalikan oleh sensor TPS tsb.
.
“Ibarat sebuah potensiometer “volume” sebuah amplifier. Ketika diputar menutup, maka suara pelan. Dan sebaliknya ketika di putar semakin membuka, maka semakin keras suaranya.”
.
Lalu apa gunanya TPS tersebut? Yakni agar timing pengapian tidak lagi tergantung putaran mesin/rpm lagi, melainkan teknologi pengaturan timingnya sudah tergantikan oleh variable sensor mengikuti sudut bukaan gas di karburator.
Efeknya:
– emisi gas buang yang bersih karena grafik selalu tepat menyuguhkan diberapapun rpm.
– Akselerasi lebih baik daripada CDI analog “jadul” maupun CDI non TPS.
– Efisiensi pembakaran sekaligus menjadikan efisiensi bahan bakar.
.
.
Lalu bila kita mengganti karburator orinya yang terdapat sensor TPS dengan karburator lainnya seperti pe 26, vm 26, dll bagaimana? Gak fungsi donk fitur smart ini?
.
Jawab : benar, TPS jadi non aktif “ya iyalah, soketnya mau di colok kemana?”
Namun tidak akan mengurangi tenaga mesin selagi kita dapat setingan terbaik karburatornya.
Hanya saja, emisi gas buang tidak lagi sebersih pakai TPS “aktif” dan tentu saja, lebih boros daripada karbu orinya.
Karena :
1. TPS off di ibaratkan ketika katup gas di sensor di kondisikan menutup. 0.8 volt.
2. Timing pengapian di kondisi low walau api busi tetap terlihat tetap besar.
3. CDI kurang maksimal.
.
Lalu upaya apakah agar kita fungsikan TPS tanpa ribet ketika pake karbu lain?
.
Jawab : langkahnya, kita manupulasi/mengkondisikan Output tegangan dari soket TPS pada posisi full yakni 3.8 volt.
Caranya : lihat gambar : yakni dengan menjumper/menghubungkan soket no.1 dan no.3 dengan resistor 10 kilo ohm.
Karena dg resistor senilai 10k tsb didapat tegangan ideal 3.8 volt.
.
Adakah pengaruhnya terhadap akselerasi? Jika feellmu peka pasti merasakanya atau silakan naik dynotest.
Intinya : dg cara saya diatas, dapat meningkatkan efisiensi bbm ketika pakai karbu konvensional.
.
nb : saya pakai karbu king, waktu setingan belum dapet, FC : 1:32 km “buoros”
Sekarang dg custom jarum skep, pj 17.5 dan mj 150, di tambah manipulasi TPS, didapat fc rata rata 1:45 km, busi putih agak kecoklatan bersih. Sangat irit menurut saya dibanding sebelumnya. Hampir seirit karbu vakum namun tenaga sangat padat.
.
Sekian sharing hari ini :
#Doctor_exhaust